Mungkin tidak hanya saya saja yang merasa geram dengan tingkah polah bung Jonru, seorang penulis terkenal yang kini namanya melambung pada masa-masa pilpres. Terlebih ketika dia membuat isu tentang Prof. Quraish Shihab yang ia tuduh sebagai penganut syiah yang sesat. Apalagi ternyata tulisan-tulisan tersebut di-like dan di-share oleh banyak orang. Padahal tulisan-tulisan tersebut belum terbukti secara jelas, dan banyak beberapa kalimat yang dipelintir tidak sesuai dengan konteks.
Saya sering melihat di timeline facebook, banyak sekali teman-teman yang share dan like postingan Bung Jonru di facebook fans pagenya. Pengikut Jonru dari teman-teman facebook saya juga semakin meningkat. Bahkan beberapa dosen saya juga ikut mendukung Jonru. Saya semakin geram ketika teman-teman saya semakin meyakini postingan Bung Jonru daripada klarifikasi Prof. Quraish shihab yang mengatakan bahwa beliau adalah sunni.
Saya sampai berpikiran apakah ini termasuk tanda-tanda kiamat. Orang yang belajar agama Islamnya masih setengah-setengah lebih dipercayai daripada seorang pakar tafsir Al Quran yang sudah terjamin ilmunya. Apalagi yang meyakini adalah teman-teman saya satu pesantren. Saya curiga, ini pasti karena pengaruh pilpres. Mereka membenci seseorang secara berlebihan sehingga membenarkan segala sesuatu yang jelek pada orang yang mereka benci.
Saya sebenarnya sudah lama tahu nama Jonru, beliau adalah penulis buku dan pemilik dapurbuku.com Walaupun saya belum pernah membaca karyanya, tapi saya salut dengan perjuangannya untuk meningkatkan minat tulis menulis pada generasi Indonesia. Dia juga muslim yang baik, terlihat dari tulisannya tentang islam. Namun, simpati dan respek saya hilang. Hilang separuhnya, mungkin malah 3/4nya ketika saya tahu dia menulis tentang Politik juga.
Masalahnya bukan capres yang ia dukung berbeda dengan saya. Tapi, caranya menulis keburukan tentang capres Jokowi yang membuat saya tidak suka.
Dia gencar sekali menebar asumsi-asumsi tak berdasar, dengan logika-logika yang diputar-putar, mempelintir konteks, dan menghilangkan beberapa fakta. Berikut ini Beberapa hal yang tidak saya sukai Dari tulisan Jonru:
1.Mengkait-kaitkan sesuatu yang tidak jelas dan menarik kesimpulan seenaknya
Entah berlebihan emosi semangatnya dalam menyampaikan berita (yang ia anggap) kebenaran dan dakwah, atau berlebihan rasa tidak sukanya kepada capres musuh. Cukup berlebihan untuk sampai kata membenci saya pikir. Karena dari apa yang saya lihat, dalam memburukkan capres lawannya, Bung Jonru sering mengkait-kaitkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dan menarik kesimpulan seenaknya.
Contohnya: Dia menceritakan sesosok Robin hood, kemudian mengkait-kaitkannya dengan Pak Jokowi. Padahal kita tahu, itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Di akhir kata, dia menarik kesimpulan “Bagi para pendukungnya, Jokowi mungkin seperti Robinhood, Tak masalah bila jokowi korupsi, tak masalah melanggar aturan tender untuk kesejahteraan rakyat”. Kemudian di akhir pernyataan, para pembaca disuruh mikir. Apakah Anda setuju dengan konsep Robinhood? Yang sama artinya dengan apakah Anda setuju kalau Indonesia dipimpin orang seperti Robinhood (alias jokowi)?
2. Sering memberitakan sesuatu yang tidak\belum jelas kebenarannya.
Sesuatu yang tidak jelas ini, jika benar maka ia ghibah. Untungnya, seperti yang sering beliau ingatkan kepada likers fans pagenya, ghibah untuk menyadarkan rakyat tentang keburukan calon pemimpinnya di bolehkan dalam Islam.
Tapi, ada hadis lain yang menyatakan kalau membicarakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya itu dosa.
Contohnya, silahkan cari sendiri di fanspage facebooknya Bung Jonru. Sering dia membuat pos dengan awalan “Saya tidak tahu apakah berita ini benar atau cuma hoax.”
Dengan menulis tentang ini, secara tidak langsung Bung Jonru membuat para pembacanya berpikiran negatif. Saya rasa sangat banyak yang terpengaruh oleh tulisan Jonru. Tak masalah jika kabar burung itu isinya positif untuk mendukung capres pilihannya, namun jika beritanya miring untuk mendiskreditkan capres lain?
Waullahu’alam. Saya bukan pengatur dosa atau pahala, tapi saya harus sampaikan ini :
" Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya) akan dilempar ke neraka sejauh antara timur dan barat." (HR Muslim )
3. Menghukumi sesuatu seenaknya saja dan terlalu menganggap remeh yang lain
Beberapa pernyataan beliau sering sekali menghukumi sesuatu seenaknya saja misalnya mensesat-sesatkan orang atau golongan yang tidak searah dengan pemikirannya. Misalnya menyesat-nyesatkan orang yang tidak ia sukai dengan sebutan JIL atau Syiah sesat,
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di berkata:
“Pengkafiran itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu tidaklah seseorang itu kafir kecuali orang yang dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya.” Kita semua pasti juga tidak asing dengan hadist ini. Rasul bersabda: “Siapa yang memanggil seorang dengan kalimat ‘Hai Kafir’, atau ‘musuh Allah’, padahal yang dikatakan itu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya sendiri”.
Bung Jonru juga sering merasa benar dan menganggap lawannya kurang pengetahuan. Misalnya mengatakan pada lawannya, “belajar ngaji dulu yang bener ya”. Kalimat ini memiliki arti bahwa yang mengatakan merasa ilmunya lebih tinggi daripada lawan bicaranya.
4. Mudah memblokir
Saya pribadi adalah pemilik salah satu akun dari ribuan akun yang di blokir oleh Bung Jonru ini. Selain terkesan kurang gentle bagi saya, beliau juga sebenarnya, telah menghapus beberapa jalan bagi kebaikan dirinya di masa mendatang. Padahal Kritik, pada dasarnya adalah sarana bagi manusia yang ingin memperbaiki dirinya menjadi lebih baik, dengan cara membiarkan orang lain melihat diri kita dan mengomentari diri kita sendiri. Selain itu masih ada beberapa hal yang membuat saya tidak suka dengan cara “memblokirnya” ini.
5.Pilih pilih dalam Memblokir
Saya Tidak heran kalau ada grup yang isinya perkumpulan orang yang mendendam atau sakit hati karena di blokir Jonru. Memblokirnya saja sudah sakit. Apalagi ditambah, dia sangat teramat pilih pilih dalam memblokir suatu postingan /komentar dari member facebooknya
Bagaimana bisa? Perhatikan sendiri komentar di pos-pos fanspagenya.
Dia tidak akan membiarkan satu komentar pun hidup lama-lama di sebuah pos, jika komentar itu mencaci makinya, atau Presiden pilihannya (prabowo). Sangat tidak adil ketika anak-anak labil yang menjelekkan Pak Subianto dengan cara buruk (caci maki, hewan, kotoran dll) di komentar fanspage Pak Jonru langsung dibasmi, di tutup mulutnya (blokir) dan di hapus jejaknya (komentarnya).
Sedangkan, mereka, yang mencaci maki Pak Jokowi, atau dengan kata lain sejalan politik dengan Bung Jonru sendiri, dibiarkan hidup. Meskipun kata yang digunakan sangat-sangat tidak sopan, mengandung nama hewan, kotor, cacian. Menggantikan nama Pak Jokowi dengan kata Jongos. Atau Jokoler yang entah apa artinya. Sedih sekali jika melihat aturan fanspagenya, kenyataan ini sangat bertolak belakang.
6. Sepertinya kurang dewasa
Ya, karena Bung Jonru masih sering berpikir bahwa satu orang yang buruk, semuanya buruk. Satu orang baik semuanya baik. Ketika kader partai goldar memecahkan kaca kantor stasiun televisi satu, dengan sangat bersemangat Pak Jonru menulis semisal “Pendukungnya ini anarkis, pake kekerasan. Belum lagi sering sekali di akhir tulisannya ada satu kalimat dari anies baswedan. “Perilaku pendukung menunjukkan karakter orang yang didukungnya.”. Tak hentinya Pak Jonru gunakan kalimat ini jika ada pendukung Pak Jokowi yang buruk perilakunya. Seakan-akan itu kalimat tak bisa ditentang kebenarannya. Padahal itu hanya kalimat dari seseorang saja. Bukan hadis, bukan firmanNya.
Sejak Akhmad Sahal berdebat dengan Jonru, saya ikut menyimak. Sepertinya asyik dan lucu. Hingga muncul beberapa definisi-definisi dari kedua belah pihak yang berdebat.
Misalnya dari Akhmad Sahal adalah "Keknya dokumen ttg PKS mau lenyapin NU itu hoax, fitnah ke PKS. Jgnlah kita men@jonru= menghalalkan fitnah ke pihak yg ga disukai,".
Saya berniat menambahkan kelucuan-kelucuan dengan membuat definisi baru dari kata jonru-menjonru di KBBI agar twitwar tambah seru.
Saat Bung Jonru tahu bahwa namanya masuk di KBBI, beliau marah dan me-mention saya di twitter. Saya tidak mau memancing emosinya, jadi saya hanya meminta maaf padanya.
Masih belum puas mendamprat saya di twitter dengan mention saya agar saya dibully oleh followernya, dia melacak saya, hingga dia menemukan website saya dan mencari kontak saya, kebetulan di website lembaga bimbel saya ada kontak HP saya.
Beliau berhasil mendamprat saya via telepon dan saya tidak tahu bahwa percakapan tersebut direkamnya. Lagi-lagi saya dibully followernya karena percakapan tersebut di sebar di twitter dan fanpagenya. Alhasil ratusan bahkan ribuan mention hinaan masuk di notifikasi saya.
Belum puas lagi, dia juga berencana akan melaporkan saya ke polisi. Padahal yang meminta dilaporkan ke polisi ada banyak, misalnya Bang Fadjroel, Budi Sujadmiko, Stakof, dll. Namun ternyata dia mengincar saya. Lagi-lagi saya dibully ribuan pengikutnya setelah Bung Jonru menyebar lembar laporan polisi polda metrojaya.
Saya tahu, Bung Jonru terlalu meremehkan saya. Dalam persepsinya pasti dia memandang saya anak ingusan yang penakut dan tidak pintar bicara. Bila saya mau melawan, bisa saja saya melaporkan balik atas tuduhan lemah tersebut, sebab saya memiliki legal standing atau kewenangan untuk melaporkan dia.
Banyak teman-teman saya juga meminta agar saya segera melaporkan jonru balik, mereka siap membantu saya. Saya hanya menjawab, agar tenang saja, tidak perlu buru-buru, ini cuma sekedar guyonan. Lagipula saya masih malas dan sibuk untuk melakukan itu.
Posting Komentar