-->
Home » » Antara Analogy Daster Ustadz Yusuf Mansur dan Penjelasan Tafsir Almisbah Surah Maryam Ayat 30-38 Prof. Quraish Shihab mengenai Ucapan Selamat Natal

Antara Analogy Daster Ustadz Yusuf Mansur dan Penjelasan Tafsir Almisbah Surah Maryam Ayat 30-38 Prof. Quraish Shihab mengenai Ucapan Selamat Natal

Written By Lens@ Bulletin on 18 Des 2014 | 09.36

Meski hari raya natal masih kurang beberapa hari lagi, namun polemik di masyarakat, khususnya di jejaring social sudah  nampak terasa. Peristiwa seperti ini terjadi hampir setiap tahun. Menurut penulis, kemungkinan ini hanya terjadi di Indonesia saja. Penulis pernah menanyakan beberapa teman di luar negeri dan mereka menjawab di negaranya tidak ada permasalahan seperti ini.
Berikut akan penulis sajikan pendapat Ustadz Yusuf Mansur dan Prof. Quraish Shihab mengenai ucapan Selamat Natal. Penulis sengaja mengambil penjelasan beliau dari awal penjelasan sampai akhir hingga jelas konteksnya.

Ustaz Yusuf Mansur membuat sebuah analogi dengan baju daster dalam kultwitnya mengenai ucapan selamat Natal: Berikut analoginya:

Profesor Muahmmad Quraish Shihab, ahli tafsir dan mantan Menteri Agama menyampaikan penjelasannya soal itu. Penjelasan disampaikan dalam program Tafsir Al Misbah di Metro TV, Ramadan 1435 Hijriah episode Surah Maryam Ayat 30-38.
Berikut ini transkrip penjelasannya dalam video: https://www.youtube.com/watch?v=nOrm3ZFmCs4&feature=share
"Saya menduga keras persoalan tentang boleh tidaknya muslim mengucapkan natal kepada umat kristiani hanya di indonesia saja .selama saya di mesir saya kenal sekali dan sering baca di koran Ulama Ulama Al-Azhar berkunjung kepada pimpinan umat kristiani dan mengucapkan "SELAMAT NATAL"
Saya tahu persis ada ulama besar di Suriah memberi fatwa bahwa itu boleh. Fatwanya itu berada dalam satu buku dan bukunya itu diberikan pengantar oleh ulama besar lainnya, Yusuf al-Qaradawi, yang di Syria namanya Mustafa Al Zarka’a. Ia mengatakan mengucapkan selamat Natal itu bagian dari basa-basi, hubungan baik.
Ini tidak mungkin menurut beliau, tidak mungkin teman-teman saya dari umat Kristiani datang mengucapkan selamat hari raya Idulfitri terus dilarang gitu.
Menurut beliau dalam bukunya yang ditulis bukan jawaban lisan ditulis, dia katakan, saya sekarang perlu menunjukkan kepada masyarakat dulu bahwa agama ini penuh toleransi. Kalau tidak, kita umat yang dituduh teroris. Itu pendapat.
Saya pernah menulis soal itu, walaupun banyak yang tidak setuju, saya katakan begini, saya ucapkan Natal itu artinya kelahiran. Nabi Isa mengucapkannya. Kalau kita baca ayat ini dan terjemahkan boleh atau tidak? Boleh. Ya toh? Boleh.
Jadi, kalau Anda mengucapkan selamat Natal, tapi keyakinan Anda bahwa Nabi Isa bukan Tuhan atau bukan anak Tuhan, maka tidak ada salahnya. Ucapkanlah selamat Natal dengan keyakinan seperti ini dan Anda kalau mengucapkannya sebagai muslim. Mengucapkan kepada umat kristiani yang paham, dia yakin bahwa anda tidak percaya.
Jadi yang dimaksud itu, seperti yang dimaksud tadi hanya basa-basi.
Saya tidak ingin berkata fatwa Majelis Ulama itu salah yang melarang, tetapi saya ingin tambahkan larangan itu terhadap orang awam yang tidak mengerti. Orang yang dikhawatirkan akidahnya rusak. Orang yang dikhawatirkan percaya bahwa Natal itu seperti sebagaimana kepercayaan umat kristen.
Untuk orang-orang yang paham, saya mengucapkan selamat Natal kepada teman-teman saya apakah pendeta. Dia yakin persis bahwa kepercayaan saya tidak seperti itu. Jadi, kita bisa mengucapkan.
Jadi ada yang berkata bahwa itu Anda bohong. Saya katakan agama membolehkan Anda mengucapkan suatu kata seperti apa yang anda yakini, tetapi memilih kata yang dipahami lain oleh mitra bicara Anda.
Saya beri contoh, Nabi Ibrahim dalam perjalanannya menuju suatu daerah menemukan atau mengetahui bahwa penguasa daerah itu mengambil perempuan yang cantik dengan syarat istri orang. Nah, dia punya penyakit jiwa. Dia ndak mau yang bukan istri orang.
Nabi Ibrahim ditahan sama istrinya Sarah. Ditanya, ini siapa? Nabi Ibrahim menjawab, ini saudaraku. Lepas.
Nabi Ibrahim tidak bohong. Maksudnya saudaraku seagama. Itu jalan. Jadi kita bisa saja. Kalau yang kita ucapkan kepadanya selamat Natal itu memahami Natal sesuai kepercatannya, saya mengucapkannya sesuai kepercayaan saya sehingga tidak bisa bertemu, tidak perlu bertengkar.
Jadi syaratnya boleh mengucapkannya asal akidah anda tidak ternodai. Itu dalam rangka basa-basi saja, seperti apa yang dikatakan ulama besar suriah itu.
Begitu juga dengan selamat ulangtahun, begitu juga dengan selamat tahun baru. Memang kalau kita merayakan tahun baru dengan foya-foya, itu yang terlarang foya-foyanya, bukan ucapan selamatnya kita kirim. Bahkan, ulama Mustafa Al Zarka’a berkata, ada orang yang menjual ucapan, kartu-kartu ucapan ini, itu boleh saja, tidak usah dilarang. Penggunanya keliru kalau dia melanggar tuntunan agama.
Ada orang sangat ketat dan khawatir. Itu kekhawtiran wajar kalau orang di kampung, tidak mengerti agama. Lantas ada yang mengakan kelahiran Isa itu sebagai anak Tuhan dan sebagainya, itu yang tidak boleh. Kalau akidah kita tetap lurus, itu tidak ada masalah.
Kita ucapkan selamat Natal, di ayat kita ini, sekian banyak ucapan selamat yang dutujukan para Nabi."

Dalam tulisan ini, penulis sengaja tidak mau berpendapat apalagi menyampaikan dalil tentang haram dan bolehnya mengucapkan selamat natal. Perlu kita garis bawahi, bahwa perbedaan adalah suatu karunia Tuhan kepada umat manusia. Jadi dengan adanya perbedaan, saya rasa umat muslim tidak perlu saling mengungguli pendapat satu dengan lainnya yang terkesan menyalahkan. Cukuplah pegang prinsip dan hormati prinsip pendapat lainnya. Tidak perlu kita sampai menuduh radikal dan kolokan kepada mereka yang melarang ucapan selamat natal. Sebaliknya, tidak perlu pula kita menyematkan predikat sesat kepada mereka yang membolehkan.

Dengan sikap seperti ini, saya rasa kita umat muslim di Indonesia bisa lebih saling menghormati perbedaan. Baik perbedaan sesama umat muslim maupun perbedaan dengan saudara-saudara kita yang beda agama. Toh, para pendahulu kita sudah mengajarkan konsep persatuan yang menjadi semboyan negara kita, "Bhinneka Tunggal Ika". Dengan sikap seperti diatas, semoga perdebatan boleh atau tidaknya ucapan selamat natal dari umat muslim kepada umat kristen yang selalu menjadi permasalahan tiap tahunnya, tidak terjadi lagi kedepan. Karena baik yang membolehkan dan melarang sudah berdamai dengan prinsipnya masing. Wallahu a’lam.
Bagikan Berita Ini :

+ komentar + 2 komentar

31 Mei 2015 pukul 13.03

Mantaps Broo Info nya.
Gue demen bgt. Sukses ya Broo . . .
0852-9324-9380 [AS]

31 Mei 2015 pukul 20.07

gitu toch

Posting Komentar

 
Created by: Pecros.Com | Blog kocar kacir
Copyright © 2015. Rifan Herriyadi - All Rights Reserved