Kenapa setiap ada info HOAX yang judulnya menarik selalu dishare kemudian dipercayai. Misalnya artikelnya berjudul Menteri Larang Jilbab. Bagi kita, judul tersebut kelihatan sangat menarik terlepas bagaimana isinya apakah dipelintir, entah diputar balikkan faktanya, atau bahkan isinya hanya fitnah. Betapa mudahnya memprovokasi banyak orang dengan media. wartawan pun asal comot tanpa check-recheck, yang penting dapat berita.
Di Amerika, hasil jajak pendapat yang dilakukan Gallup, 55% dari warga Amerika enggan percaya pada media massa AS meski di dalamnya melaporkan berita secara penuh, akurat, dan cukup. Sedangkan di Indonesia, setahu saya belum ada survey mengenai berapa persen orang Indonesia percaya pada media. Tapi cukup bisa kita ketahui dari hasil share-share dan like-like info HOAX dari orang-orang yang mengaku berdakwah. Padahal info dari mereka sangat jelas, jelas-jelas info HOAX, tak perlu analisis rumit seperti analis framing, semiotik, dll. Cukup dianalisis dengan logika sederhana saja.
Itulah kelemahan orang Indonesia. Menurut saya, pendidikan terhadap media (jurnalistik) sejak sekolah dasar sangat penting. Bahkan sangat penting sehingga seharusnya dimasukkan ke dalam mata pelajaran sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, seperti halnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Alasannya, karena kehidupan kita di era socmed ini jauh berbeda dengan jaman saya SD dulu. Anak2 SD sekarang sudah pada memiliki akun FB, twitter dll.
Semoga Pak Anies Baswedan membaca ini.
Posting Komentar